Senin, 11 Juni 2018

Dampak Jalan Trans Dekai – Oksibil Antara Warna Hijau & Warna Merah. Siapakah yang akan Menjadi TUAN di Papua?


 Jalan Trans DEKAI-OKSIBIL (Foto : Agustus 2014).

IMPIAN masyarakat untuk melihat perubahan di daerah terisolir Pulau Papua perlahan terpenuhi. Hal itu ditandai dengan dapat dimekarkannya beberapa Kabupaten strategis di wilayah Pegunungan Tengah Papua. Tepat pada tahun 2003, Kabupaten Jayawijaya melahirkan beberapa Daerah Otonom Baru (DOB) berdasarkan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2003 tentang pembentukan 14 Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Papua tertanggal 11 Desember 2003 dan dua diantaranya adalah Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Pegunungan Bintang. Kabupaten Pegunungan Bintang terletak di bagian timur Pulau Papua yang langsung perbatasan dengan Papua New Guinea (PNG). Sedangkan Kabupaten Yahukimo terletak di bagian Timur Kabupaten Jayawijaya atau bagian Barat dari Kabupaten Pegunungan Bintang (ditengah-tengah).
Meski Kabupaten Yahukimo terletak diantara kedua Kabupaten, tetapi akses untuk menghubungkan antara ketiga Kabupaten dapat dijangkau lewat jalur udara (pesawat). Upaya Pemerintah Pusat untuk menghubungkan ketiga kabupaten ini dapat dilakukan program infrastruktur jalan trans. Pembangunan jalan trans ini sudah dapat dikerjakan beberapa tahun lalu, dan kini sudah berada di ambang penyelesaian. Masuknya jalan trans ini dapat mendatangkan berbagai dampak positif dan dampak negative yang dapat merubah tatanan kehidupan masyarakat di pelosok pulau Papua.
1.      Dampak Positif
Ada beberapa dampak positif dari berbagai dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya:

  • Membangun perekonomian masyarakat agar membawa keluar dari zona merah kemiskinan.
  • Mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang layak.
  • Membangun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua.
  • Membangun Infrastruktur daerah melalui kemudahan akses jalan darat.
  • Menurunkan tingkat kesulitan dalam keluar masuk melalui jalur udara.
  •  Mendapatkan kemudahaan akses transaksi perekonomian masyarakat di tingkat kota.
  • Serta  memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru seirama dengan dinamika modern.


2.      Dampak Negatif
Dengan adanya jalan trans yang dapat menghubungkan Dekai-Oksibil, efek negative yang sedang dihadapi serta akan dihadapi oleh masyarakat terpencil Pulau Papua adalah:

  • Peradaban masyarakat terhadap perubahan merubah pola hidup atau tatanan hidup. Perubahan pola hidup atau tatanan hidup ditandai dengan pergeseran budaya hidup masyarakat yang ramah lingkungan, ramah komunikasi, ramah kekerabatan antar masyarakat menjadi ego-life.
  • Meningkatnya kecemburuan social yang dapat menyebabkan timbul berbagai permasalahan.
  • Meningkatnya angka kematian akibat penyakit di kalangan masyarakat awam hingga intelektual, yang disebabkan oleh HIV/AIDS, Tumor, dan lain-lain.
  • Akibat tantangan dan tuntutan persaingan ekonomi global, timbul adu gengsi dan menerapkan pola-pola persaingan yang tidak sehat.
  • Membuka Tambang Mineral Emas, Batubara dan eksplorasi mineral-mineral lain. Setelah mendapatkan informasi dari pekerja-pekerja jalan trans maupun masyarakat. Hingga informasi terbaru, pendulang emas menggunakan cairan merkuri. Sementara efek cairan merkuri terhadap tanaman, air, hewan serta manusia sangat BERBAHAYA.
  • Masyarakat tidak betah hidup di kampung. Lebih banyak menetap dan tinggal di kota.
  • Maraton dari kota ke kota, atau dari satu tempat keramaian ke keramaian yang lain tanpa ada tujuan.
  • Setelah tinggal menetap di kota, pola hidup masyarakat berupa. Dari yang sebelumnya menjadi masyarakat produktif kini menjadi masyarakat konsumtif.
  • Akibat pemalas kerja, masyarakat menjadi pecandu Togel, Judi, Dadu dan penagih uang pembangunan.
  • Pengembangan perekonomian dengan versi modern dapat di kuasai oleh orang non Papua.
  • Ilegal loging menjadi sasaran efek akibat jalan trans, yang selanjutnya Pulau Papua akan menjadi gundul. Terutama di jalan trans Dekai-Oksibil yang jalan transnya dilalui melalui pemikiran masyarakatnya mengharapkan hal-hal instan.
  • Mudah menjual tanah dengan harga yang semakin murah alias tak berstandar.
  • Dusun-dusun kecil dikuasai oleh pendatang-pendatang dari luar Papua.
  • Dan sedang menuju ke arah menjadi penagih atau pengemis diatas tanah sendiri dan bukan menjadi tuan sendiri.


3.      Solusi Menerima Tantangan Perkembangan
Untuk merespon tantangan perkembangan, hal yang harus dilakukan oleh masyarakat Papua pada umumnya dan lebih khusus masyarakat UKAM (Una, Kopkaka, Arimtab dan Momuna) adalah sebagai berikut:
1)      Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang respon cepat terhadap perkembangan.
2)      Melakukan kegiatan-kegiatan bernuansa modern yang mengacu pada kontekstualitas.
3)      Memperdayakan masyarakat dengan memberikan pemahaman agar memahami dinamika modern secara cermat.
4)      Meningkatkan investasi guna merespon tantangan masa depan.
5)      Melakukan tindakan kolaborasi antara masyarakat dan intelektual guna membangun optimism masa depan yang baik.

Jika kondisi terkini adalah seperti demikian (efek negative), siapakah yang akan menjadi TUAN di atas tanah Papua? Sebagai salah upaya atas merespon era Digital dan dan era Revolusi Industri ke-4. Solusi yang saya utarakan diatas harus dilakukan sebagai satu bagian mutlak dalam merespon perkembangan masa depan.

Demikian singkat artikel yang saya buat berdasarkan kondisi terkini akibat pembangunan Jalan Trans Dekai – Oksibil. Jika ada hal-hal yang tidak sedap dibaca mohon dimaafkan!

Penulis : Panuel Maling (Pemuda UKAM)

HANCUR DIATAS KEMISKINAN (UKAM SENGSARA EPISODE KE-2)

Foto : Lokasi Tambang Emas di Mosomdua (Doc: Tim Penolakan, 25/8/2018) Memasuki era Revolusi Industri 4.0, negara-negara maju seper...