Kamis, 26 Oktober 2017

Gereja (GJRP) Tanpa Pemuda, Seperti Tubuh Tanpa Tulang

Pemuda GJRP (IM-GJRP) di Dekai, 2017

DEKAI - Jika Gereja tanpa pemuda, maka gereja akan hancur seperti kubuk yang hancur ketika ditinggalkan orang. Begitulah betapa pentingnya keterlibatan pemuda dalam  setiap kegiatan gereja. Ini bukan masalah jumlah besar pemuda yang ikut terlibat dalam sebuah kegiatan gereja. Melainkan berapa besar pemuda yang berkualitas atau pemuda yang mempunyai hati untuk membangun gereja dengan memberikan kontribusi-kontribusi pikiran. Ingatlah, bahwa kini Amerika mulai runtuh di tangan pemberontak bukan karena mereka kalah dalam jumlah pemuda. Melainkan ribuan pemuda amerika mulai jatuh dalam genggaman tangan penguasa dunia. Amerika yang dibangun dengan kokoh dan termasyur di seluruh penjuru dunia sebagai negara Adidaya. Perlahan mulai hancur ketika keterlibatan pemuda yang Takut akan Tuhan semakin hari semakin hilang. Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) membutuhkan pemuda-pemuda yang berkualitas dalam Iman dan membangun gereja secara jasmania dengan kokoh.
Pdt. Peres Nekwek, M.Th (Dosen STTR Wamena)

Pada era ini harus lahir pemuda yang mampu membangun kembali tembok-tembok gereja yang mulai runtuh karena ekonomi, politik, dan sosial budaya yang menantang kebenaran Allah, dengan kebenaran, kekudusan dan kasih didalam kemuliaan Kristus. Apologetika adalah sebuah tiang utama Iman Kristen. Bagaimana pemuda-pemuda Gereja yang mampu mendekonstruksi pemikiran yang terkontamisas dengan zaman. Lalu dibentuk dengan kebenaran firman Tuhan, untuk menantang dunia, untuk menarik orang-orang yang berdosa kembali kepada Allah dari keterlibatan pemuda-pemuda yang bermutu dalam kebenaran. Era ini, keterlibatan pemuda sangat penting. Mengapa penting? Karena hanya oleh pemuda yang mampu membangkitkan orang-orang yang mulai tertidur lelap dalam dunia yang jahat ini. Hanya pemuda yang mampu membaca ancaman dan tantangan yang datang untuk menghancurkan eksistensi gereja.
Memasuki usia Gereja GJRP yang semakin hari semakin tua, tentunya tidak bisa dapat mengandalkan orang-orang tua (penginjil & penatua/Diaken) yang lama untuk memegang teguh akan keberadaan gereja. Dalam seminar/Konferensi Gereformeerde Gemeenten (GG) - Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) yang dilaksanakan di dekai, banyak pemuda yang tampil dengan berbagai pemikiran yang konstruktif. Tapi sejatinya, pemikiran-pemikiran yang telah terkontaminasi dengan adanya dinamika modern tidak bisa dapat terurai dalam poros gereja seutuhnya. Oleh sebab itu, diskusi-diskusi lanjutan harus dilakukan disetiap tempat demi memurnikan alam pemikiran demi pembangunan gereja Tuhan yang sejati.

Perkembangan zaman tentunya dapat membuka cakrawala berpikir pemuda GJRP untuk dapat mengkolaborasikan ke dalam tubuh gereja, tetapi tidak seutuhnya pemikiran itu menjamur dalam gereja. Keseimbangan pemuda yang berpendidikan dibagian theologi dengan bagian umum sangat urgen. Karena terlihat dalam Konferensi di Dekai bahwa pemuda yang muncul untuk mempertahankan eksistensi gereja dengan pemuda yang pemikirannya telah terkontamisasi dengan perkembangan zaman ibarat "One on Ten". Kondisi ini tidak bisa menjadi ukuran dalam membangun gereja yang kokoh. Ini bertanda gereja mulai mundur, meskipun gereja tidak akan punah. Sebab prinsipnya "Apa yang dimulai oleh Tuhan, maka diteruskan oleh Tuhan dan diakhiri oleh Tuhan". Sebuah kalimat yang tentunya merupakan angin segar. Tetapi tidak bisa hanya dapat pertahankan dengan sebuah ungkapan semata. Walaupun ungkapan merupakan sebuah gambaran pemikiran seseorang.
Ayo Pemuda, mari merevolusi mental dan spritual demi membangun gereja yang sejati. 28 daerah yang belum diinjili merupakan bukan sebuah tanggung jawab yang bisa dapat diputarbalikan semata. Melainkan merupakan sebuah tanggung yang besar. Sudah saatnya pemuda merubah pola pikir yang tertanam antara yang terdahulu dan yang terakhir, pola pikir yang maju dan yang berkembang. Sebab dalam kasat mata kebenaran, sesungguhnya kita masih ada dalam ambang yang diprihatinkan. Pdt. Nebius Maling, S.Th dalam khotbahnya pernah menyampaikan bahwa "Kini INJIL harus mulai diberitakan dalam pribadi, lingkungan dan menjangkau yang tidak terjangkau". Saat ini kita tidak bisa bertahan dalam sebuah kehidupan yang tidak memberikan sebuah harapan untuk anda dan saya "Selamat" di akhirat. Sudah saatnya pemuda GJRP harus bangkit dari berbagai latar belakang kehidupan. Hidup kita yang dihampakan oleh perkembangan zaman harus kita lawan. Sudah waktunya, pemuda mampu membangkitkan umat Tuhan yang berlahan sedang tertidur. 

Tuhan tidak pernah memperhitungkan seberapa banyak kita jatuh, walaupun Ia adalah Maha Tahu. Tetapi Tuhan menantikan adakah harapan untuk anda dan saya bangkit dan bersandar pada-Nya. Kini pemuda GJRP tidak bisa takut pada dinamika penghijauan yang sedang terjadi di Papua, yang disebabkan oleh politik, ekonomi, sosial budaya, agama dan sekte. Pdt. Dr. Stephen Tong pernah berkata bahwa "Orang Kristen di Papua jangan takut terhadap Penghijauan. Melainkan bangkit dan membela Kebenaran Firman Tuhan". Apologetika Kristen merupakan aspek yang perlu dari kehidupan Kristiani seseorang. Karena dapat mempertahankan Iman Kristen. kepercayaan terhadap ketritunggalan Allah.

Semoga Artikel ini bermanfaat bagi pemuda-pemudi Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) untuk bangkit dan menjadi saksi-saksi Kristus, tulang punggung Gereja. Itulah sebabnya, betapa pentingnya anda dan saya lahir dalam gereja GJRP. Jika Tuhan tidak mempunyai maksud tertentu, pasti anda dan saya bukan siapa-siapanya Tuhan untuk menempatkan diri kita di dunia ini pada umumnya dan pada khususnya dalam lingkup gereja GJRP.

"Youth is not a division of unity, but youth is the hope the church to build a true Church body"

By. Panuel Maling

Selasa, 24 Oktober 2017

Seri 54 Tahun INJIL Masuk di Abenaho, Kabupaten Yalimo

KEMANDIRIAN - Sejak Injil masuk di Abenaho pada tanggal 28 Oktober 1963, berdasarkan visi umum yang terdapat dalam Matius 28:19-20 berita INJIL mulai diberitakan dari Abenaho-Landikma-Nipsan-Langda-Bomela-Sumtamon-Lelambo-Samboka-Seradala-Awimbon-Bari-Brukmakot-Kobakma-dll. Kini mulai berkembang ke ibu kota kabupaten seperti Wamena, Jayapura, Dekai, Oksibil, Elelim dan Kobakma dan terus berkembang ke daerah-daerah terpencil yang dalam bahasa aslinya dikenal dengan nama Pos Penginjilan (PI). Sampai memasuki 54 tahun GJRP memiliki 85.000 jiwa (berdasarkan data 2016) untuk pos Induk. 28 Daerah Pos Penginjilan, 1 Sinode AM, 2 Sinode Wilayah, yaitu Sinode WIlayah YAMEWAH dan Sinode Wilayah UKAM; 7 Klasis, yaitu Klasis Pass Valley, Klasis Landikma, Klasis Nipsan, Klasis Langda, Klasis Bomela, Klasis Sumtamon dan Klasis Lelambo; GJRP memiliki 2 Yayasan dan 1 badan pekerja harian, yaitu Yayasan Kristen Sosial Masyarakat Indonesia (YAKPESMI), Yayasan Pendidikan Reformasi Papua (YPRP) dan Badan Pekerja Harian GJRP. 

Sejak Injil masuk dalam kurun waktu 54 Tahun, 3 dekade telah dilewati oleh Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP), yaitu:
1. Masa Penginjilan (Tahun 1963-1984)
2. Masa Pengkaderan/Pembinaan (Tahun 1984-2007)
3. Masa Kemandirian (Tahun 2007-Saat Ini)
Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) pada tanggal 25 Juni 1984 dengan nama Gereja Jemaat-Jemaat Protestan Irian Jaya (GJJPI) melalui sinode AM pertama di Pass Valley (Abenaho). Titik ini merupakan langkah awal gereja memulai proses pembinaan oleh Zending Gereformeerde Gemeenten (ZGG) kepada pribumi GJRP. Dalam selang waktu sejak GJRP didirikan sebagai gereja Nasional, sebanyak XI (Sebelas) kali Sinode AM sudah dilakukan. Dalam sidang-sidang tersebut banyak hal sudah dibicarakan dan dilaksanakan oleh para pimpinan gereja.

Perubahan demi perubahan sudah mulai berjalan demi berdikari, dan kini GJRP menuju pada puncak gereja yang MANDIRI pada  Tahun 2019 pertepatan dengan pelepasan donor dana dari Zending Gereformeerde Gemeenten (ZGG). Demi melangkah pada Kemandirian gereja, banyak terobosan-terobosan yang dilakukan dalam hal perkembangan gereja. Yayasan YPRP,YAKPESMI dan BPH menjadi motor penggerak menuju Kemandirian Gereja, disamping pelayanan Firman Tuhan ditingkat jemaat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal apa GJRP harus Mandiri? Berikut bagian-bagian prinsip GJRP harus Mandiri, yaitu:
1. Self-Propagating (Kemandirian dalam Pekabaran Injil dan Penyampaian Firman Allah).
2. Self-Governing (Kemandirian dalam Kepemimpinan dan Pengurusan hal-hal Gerejani)
3. Self-Suporting (Kemandirian dalam Keuangan dan Pendukungan Program-Program Gereja).

Seiring berjalannya waktu, kemandirian gereja mulai dapat diwujudkan dari waktu ke waktu. Tanpa disadari GJRP kini menjadi gereja yang tua di Provinsi Papua. Banyak individu tidak percaya akan perkembangan gereja ke depan (pesimis), pemikiran ini tentunya melampaui ambang batas kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Setiap bahasa (gagasan) yang keluar dari mulut seseorang, adalah buah pemikiran dari pada pribadi itu sendiri. 54 Tahun sudah Injil diberitakan, pergeseran pola hidup terjadi dari waktu ke waktu. 33 Tahun GJRP berdiri sebagai gereja Nasional, bertanda GJRP bukan lagi gereja baru yang harus diragukan perkembangannya. Kini saatnya umat Tuhan (warga GJRP) menyatukan persepsi, merumuskan visi agar gereja harus benar-benar ditegakkan dalam diri. Tuhan yang memulai, maka Tuhan pula yang akan mengakhiri.

Pujilah Tuhan, Hai segenap bangsa. Karena Ia terus bekerja untuk memperkumandangkan kabar Keselamatan ke seluruh penjuru dunia. Warga GJRP sudah mulai melihat tanda heran yang satu ke tanda heran yang lain. Semoga artikel singkat ini dapat bermanfaat!
Akhir kata: "Selamat Merayakan 54 Tahun INJIL Masuk di Abenaho"

Soli Deo Gloria!


Minggu, 25 Juni 2017

25 Juni 2017 HUT XXXIII Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP)

Gambar : Tugu Injil Masuk (28 Oktober 1963)
        Sinode Pertama (25 Juni 1984)

Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) merupakan salah satu denominasi gereja yang berkembang di poros Pulau Papua. GJRP sendiri menganut aliran teologi Calvinisme (sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu). GJRP berkembang pesat di wilayah otoritas suku Yali, suku Walak, suku Mek, suku Una, suku Kopkaka, suku Arimtab. suku Momuna.
 
GJRP memiliki 1 (Satu) Sinode AM, 2 Sinode Wilayah yaitu Sinode YAMEWA (Yali, Mek, Walak) dan Sinode UKAM (Una, Kopkaka, Arimtab dan Momuna). Dan memiliki 7 (Tujuh) Klasis yakni Klasis Abenaho, Klasis Landikma, Klasis Nipsan, Klasis Langda, Klasis Bomela, Klasis Sumtamon dan Klasis  Lelambo.
 
Pelayanan perkembangan Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) melewati beberapa dekade, yakni:
Dekade Pertama : Masa Penginjilan (21 Tahun)
Masa  penginjilan mulai dari tahun 1963-1984. Masa penginjilan ini menerobos pelayanan di pos-pos induk saat ini, yakni Abenaho, Landikma, Nipsan, Langda, Bomela dan Sumtamon. Tenaga penginjilan adalah para misionaris asal Belanda dan para penginjil pribumi yang telah menerima Injil terlebih dahulu. Hingga kini memasuki tahun 2017 GJRP memasuki tahun ke-54 perayaan Injil masuk di Abenaho melalui Pendeta Gerrit Kuijt dan Rombongan (28 Oktober 1963). 
 
Dekade Kedua : Masa Pembinaan Kader Pribumi (27 Tahun)
Masa Pembinaan Kader Pribumi berjalan dari  tahun 1984-2007. Masa pembinaan kader pribumi ini dilakukan oleh para Misionaris disamping pelayanan penginjilan di pos-pos penginjilan yang baru, yakni Lelambo, Samboga, Seradala, Awimbon dan Bari. Pembinaan dibagian pelayanan disamping pembinaan adiministrasi dan kepemimpinan. Dekade ini banyak anak pribumi memegang tongkat stafet pelayanan Injil di wilayah pelayanan gereja GJRP sebagai pendeta, gembala, penatua maupun penginjil. Dekade ini mulai mendirikan asrama-asrama, serta mendirikan jemaat di kota-kota besar seperti di Wamena, Jayapura, dan Dekai.
 
Dekade Ketiga:  Masa Semi Mandiri (12 Tahun)
Masa Semi Mandiri berjalan dari tahun 2007 dan direncakan akan berakhir pada tahun 2019, dimana tahun 2007 para Misionaris (Donatur ZGG) menyerahkan tongkat kepemimpinan dan pengaturan administrasi seluruhnya kepada kader-kader gereja pribumi.  Masa ini sudah berjalan 10 tahun (2007-2017). GJRP mulai berkembang dengan berbagai terobosan disamping fokus pelayanan penginjilan seperti Brukmakot, Omakot, Ayak, Wubri dan daerah-daerah lain. Mulai mendirikan jemaat di Sentani, Elelim, Oksibil, Kobakma, dan Koya. 
Pada masa semi MANDIRI ini mulai mendirikan sekolah TK YAKPESMI, SD YAKPESMI, SMP YAKPESMI, SMTK dan Sekolah Tinggi Theologi Reformasi (STTR) di Wamena. Pada dekade ini putra asli GJRP memegang penuh kendali kepemimpinan dalam tubuh GJRP.
 
Dekade Keempat : Masa Kemandirian (mulai tahun 2019).
Pada tahun 2019 direncanakan akan memutus sponsor biaya dari donatur Zending Gereformeerde Gemeenten (ZGG). Pada dekade ini merupakan dekade yang sangat penting dan penuh tantangan dibagian pembiayaan. Tetapi dibagian pelayanan Firman Tuhan dan Kepemimpinan sudah kokoh pada dekade ke-2 (masa pembinaan kader pribumi). Hasilnya pada dekade ketiga putra asli GJRP sudah memegang kendali kepemimpinan secara total.
 
Dengan demikian, dari sejak penginjilan hingga sekarang GJRP mulai berkembang pesat dari segala aspek pelayanan. Kini GJRP menuju gereja yang MANDIRI. Dukungan dari segala aspek terhadap pelayanan gereja sudah stabil meskipun masih ada kekurangan-kekurangan tenaga penginjil di pos-pos penginjilan. Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura sudah menjadi mitra yang baik dalam mendukung pelayanan Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP).
Dari sejak tanggal 25 Juni 1984 hingga tahun 2017 sudah melaksanakan 10 kali Sidang Sinode AM. Tahun 1984 didirikan gereja secara Nasional dengan nama Gereja Jemaat-Jemaat Protestan di Irian Jaya. Kemudian dirubah lagi dengan nama Gereja Jemaat Protestan Indonesi di Papua (GJPIP), Tahun 2007 dirubah lagi dengan nama Gereja Jemaat Protestan Indonesia (GJPI) dan terakhir perubahan nama berdasarkan azas gereja pada sidang sinode ke-10 tahun 2012 dengan nama Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP). Perubahan nama gereja ini diikuti dengan nama Yayasan Pendidikan Reformasi Papua (YPRP) yang selanjutnya mendirikan Sekolah Tinggi Theologi Reformasi (STTR) di Wamena - Papua.
Sidang Sinode AM ke-11 direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 2-7 Oktober 2017 di Dekai, Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua. Pada sidang sinode AM ke-11 ini juga merupakan moment pemantapan dari segala aspek pelayanan menuju gereja yang MANDIRI pada tahun 2019 setelah pihak sponsor memutus pembiayaan. Selanjutnya mulai tahun 2019, GJRP memulai dengan kepemimpinan tersendiri tanpa ada dukungan pembiayaan dari ZGG. Gambaran kemandirian gereja sudah terbaca pada dekade ketiga ini, yakni segala aspek pelayanan gereja sudah mulai berjalan baik dibawah kendali putra daerah GJRP.
 
Hari ini, Minggu, 25 Juni 2017 Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) XXXIII. HAPPY BIRTHDAY The Church of the Papuan Reformation.

Akhir kata:  
Siapa aku hari ini, aku bukan siapa-siapa. Jikalau tanpa sentuhan pelayan GJRP. Terima Kasih Tuhan atas KASIH dan ANUGERAHMU melalui pelayanan GJRP.
 
Selamat merayakan!

Kamis, 22 Juni 2017

Sinode AM XI GJRP Tahun 2017 Menuju Gereja yang MANDIRI pada Tahun 2019.

Oleh : Panuel Maling, ST (Anggota GJRP)

Sidang Sinode AM Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) Tahun 2017 merupakan sidang Sinode AM ke-11 sejak gereja GJRP didirikan secara nasional pada sinode pertama di Abenaho pada tanggal 25 Juni 1984. Dari peradaban ke peradaban, gereja GJRP mulai berkembang dan kini gereja menuju pada kemandirian dari segala aspek pelayanan. Dalam rangka memantapkan pelayanan gereja menuju pada KEMANDIRIAN, maka sangat penting melakukan kajian aspek Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threats) terhadap kemandirian gereja GJRP melalui evaluasi total guna mengambil kebijakan-kebijakan dalam forum tertinggi dengan mengacu pada prinsip dasar efektifitas dan efisiensi mutu pelayanan gereja yang sesuai dengan azas dan tata gereja.
Kini pelaksanaan Sidang Sinode AM XI GJRP tinggal terhitung 2 bulan kerja efektif panitia. segala persiapan dalam rangka pelaksanaan sidang sinode AM XI sedang dilaksanakan. Semua ini merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang mengarah pada KEMANDIRIAN gereja secara total. 
Keberadaan gereja GJRP di Papua sudah tidak bisa lagi dipandang sebagai sebuah gereja lokal yang baru mulai berkembang. Karena jangkauan wilayah pelayanan yang ditandai dengan banyaknya jemaat GJRP kini lebih banyak. Oleh sebab itu, sudah harus menunjukkan kepada dunia bahwa GJRP merupakan salah satu gereja Reformasi yang tumbuh dan berkembang lama dari pelosok pulau Papua.
GJRP kini mempunyai satu sinode AM, 2 Sinode Wilayah dan 7 Klasis yang berkembang di 7 Kabupaten/Kota, yakni Kabupaten Yalimo, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.
Masa penginjilan yang berjalan kurang lebih 20 tahun (1963-1984), dan masa bimbingan dibawah Zending Gereformeede Gemeenten (ZGG) pada pos-pos induk (Pass Valley, Landikma, Nipsan, Langda, Bomela, dan Sumtamon) disamping penginjilan di daerah-daerah pos baru (Samboga, Seradala, Awimbon, Lelambo, Bari) yang berjalan kurang lebih 27 tahun (1984-2007). sedang masa transisi berjalan kurang lebih 10 tahun (2007-2017) menuju gereja yang MANDIRI pada tahun 2019. Tahun 2019 diwacanakan akan lepas sponsorship oleh ZGG secara total dalam pembiayaan pengembangan pelayanan di wilayah GJRP. Maka pada sidang sinode AM XI pada tahun 2017 merupakan moment kebangkitan menuju KEMANDIRIAN gereja secara menyeluruh.
Pelaksanaan Sidang Sinode AM XI GJRP yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 2-7 Oktober 2017 juga mengandung keunikan tersendiri. Karena pada pelaksanaan Sinode AM XI ini akan diawali dengan Konferensi Gereja GJRP & ZGG. Selain itu, pada kesempatan pelaksanaan sidang sinode AM XI akan mencerminkan kesiapan umat GJRP menyambut gereja yang MANDIRI pada tahun 2019 nanti.
 Cara Tuhan sungguh sangat luar biasa, dimulai dari pengutusan Pendeta Gerrit Kuijt di Rotterdam, Belanda pada tanggal 15 Februari 1962 merupakan fondasi awal pembangunan misi Kristus dalam penginjilan di Pulau Papua – Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1963 Injil mulai bersinar di Abenaho, yang kemudian menyebar ke Landikma, Nipsan, Langda, Bomela, Sumtamon, Lelambo, Seradala, Samboga, Awimbon, Bari, Brukmakot, dll. Kini pertumbuhan jemaat sangat signifikan. Sehingga mulai menyebar ke kota-kota besar seperti Wamena, Elelim, Sentani, Jayapura, Oksibil, Dekai dan Illugwa. 
Melihat dinamika pertumbuhan jemaat ini, maka sangat penting melakukan kajian yang baik guna meningkatkan dan memantapkan pelayanan dari segala aspek pembangunan dan pertumbuhan Iman jemaat.
Dengan demikian, sangat membutuhkan kerja sama yang baik guna menyukseskan kegiatan Sidang Sinode AM XI Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) Tahun 2017 yang direncanakan akan di laksanakan di Dekai, Kabupaten Yahukimo. Yang menjadi tuan rumah pada pelaksanaan sidang sinode AM XI ini adalah Klasis Langda dibawah kontrol Sinode Wilayah UKAM (Una, Kopkaka, Arimtab dan Momuna).
 
Teleb!

Selasa, 13 Juni 2017

Kilas Balik Pentingnya PPMB IM-GJRP 2016

Oleh : Panuel Maling, ST (Sekum Demisioner)

Sejak memasuki era reformasi, peran pendidikan dalam pembangunan daerah dan bangsa ini sangat konstruktif. Hal itu ditandai dengan lahirnya pemimpin – pemimpin baru yang visioner dalam membangun bangsa ini sejajar dengan negara – negara lain. Aroma reformasi dalam tata pemerintahan di segala aspek pembangunan sangat jitu yang dimotori oleh persaingan kemajuan antardaerah. Papua tidak luput dari dampak reformasi yang dilakukan pada akhir tahun 1990-an. Efek reformasi total dalam pemerintahan negara Indonesia merambat ke seluruhpenjuru daerah tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Hal itu menyebabkan, sehingga pemerintah terus berupaya untuk membuat regulasi – regulasi baru demi memperkokoh dalam rangkaian pembangunan tapi juga kesejahteraan masyarakat terisolir dan terbelakang.
Di terbitkannya Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI) merupakan dasa warsa kebangkitan pemimpin – pemimpin Papua dalam memimpin daerah itu sendiri. Meski demikian, sejak lahirnya regulasi tersebut putra daerah belum leluasa dalam memimpin daerah masing – masing. Hal itu disebabkan karena pola pikir masyarakat tentang betapa pentingnya peran pendidikan dalam pembangunan suatu daerah belum merespon secara aktif guna mendukung dalam dunia pendidikan. Namun perlahan anak – anak di daerah – daerah pedalaman Papua mulai lahir dengan penuh ilmu, pengalaman dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik. Hal itu ditandai dengan lahirnya regulasi – regulasi Daerah Otonom Baru (DOB) dengan tujuan agar meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sentuhan uluran tangan pemerintah secara langsung terhadap kehidupan masyarakat yang masih mendiami dalam garis kemiskinan terbesar di negara ini.
Dalam memimpin bangsa dan negara yang besar ini, tentu membutuhkan orang – orang yang memiliki visi yang produktif, mental dan spritual yang kokoh, unggul dalam kepemimpinan, dan tentu pemimpin harus cerdas dalam menyikapi setiap dinamika modern yang positif untuk membangun daerah – daerah tertinggal tersebut sejajar dengan daerah – daerah lain. Pola kehidupan seperti ini tentu para pemimpin Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) sudah sangat respek dalam menyiapkan kader – kader pemimpin yang kompeten dalam menjadi pemimpin di gereja, masyarakat maupun di pemerintah. Upaya untuk mengkaderkan pemimpin – pemimpin handal tersebut, gereja mendirikan asrama – asrama, sekolah – sekolah serta melakukan berbagai kegiatan pendidikan non formal demi meningkatkan mutu pemimpin yang terpakai di suatu kelak nanti. Dari sebuah proses yang dilakukan oleh gereja secara berkelanjutan di beberapa tahun belakangan, akhirnya akhir – akhir ini banyak pemimpin yang memimpin daerah – daerah pemekaran baru yang dipimpin oleh kader – kader gereja. Kenyataan ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi gereja dan masyarakat dalam menyiapkan kader – kader pemimpin yang siap terpakai di pemerintah.
Lahirnya seorang pemimpin yang kokoh dalam mental dan spritual, unggul dalam kepemimpinan dan cerdas dalam menyikapi setiap dinamika modern yang positif tentu melalui sebuah proses pendidikan yang aktif. Pendidikan aktif tidak hanya dilakukan di dunia kampus atau pun sekolah. Tapi proses belajar efektif menjadi pemimpin yang kompetitif dalam kepemimpinan harus dihendel oleh kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa. Entah itu kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa di dunia kampus maupun dalam organisasi – organisasi kepemudaan di luar kampus. Ikatan Mahasiswa Gereja Jemaat Reformasi Papua (IM-GJRP) telah mengambil andil dalam menciptakan kader – kader pemimpin yang kompeten dalam kepemimpinan di lembaga swasta maupun di instansi pemerintahan. Sejak didirikannya IM-GJRP sebagai organisasi semi independent di bawah nauangan Gereja Jemaat Reformasi Papua dengan tujuan agar menjadikan organisasi ini sebagai wadah untuk membina dan mengkaderkan mahasiswa GJRP dalam rangka mempersiapkan calon – calon pemimpin bagi masyarakat, Gereja dan Pemerintah mempunyai kontribusi besar.
Peran serta Ikatan Mahasiswa Gereja Jemaat Reformasi Papua (IM-GJRP) dalam pengkaderan calon – calon pemimpin yang kompetitif tentu sangat besar. Hal itu ditandai dengan adanya kader – kader IM-GJRP terdahulu yang kini menduduki kursi kepemimpinan yang strategis dalam pelayanan publik di kabupaten Yalimo, kabupaten Yahukimo, kabupaten Pegunungan Bintang dan kabupaten Mamberamo Tengah. Hal itu tentu merupakan sebuah asupan yang produktif dalam mengeksiskan organisasi IM-GJRP sebagai wadah yang produktif dalam mengkaderkan pemimpin – pemimpin. Sebagai wadah multi fungsi dalam belajar kepemimpinan, maka tentu ada program – program kerja pengurus yang aktif dilajalankan dalam jangka pendek, menengah maupun dalam jangka waktu panjang. Program pengurus merupakan tolak ukur proses belajar kepemimpinan.
Kegiatan Pembinaan dan Pembekalan Mahasiswa Baru (PPMB) merupakan kegiatan rutin di setiap tahun. Karena kegiatan PPMB merupakan program unggulan dalam realisasinya. Karena melalui kegiatan ini pola pikir, pola hidup, kebiasan buruk dan mental mahasiswa baru yang tidak terdidik itu dapat dirubuhkan melalui proses pembinaan dan pembekalan. Peran kegiatan PPMB sangat besar dalam mendidik mahasiswa baru, karena melalui kegiatan PPMB mahasiswa baru dapat mengenal proses belajar efektif di dunia kampus, lingkungan hidup, maupun dunia organisasi – organisasi kepemudaan. Bergesernya pola hidup yang biasa menjadi multi canggih yang ditandai dengan adanya kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ini merupakan sebuah tantangan baru yang cukup besar. Oleh sebab itu, pendidikan melalui organisasi ekstrakurikuler sangat penting karena akan berdampak pada peningkatkan daya tangkap, merubah kebiasaan berbicara, merubah pola pikir dan ruang pandang yang matang, serta meredam akses ingin mencoba tanpa ada batas kesadaran.
Berdasarkan rangkaian uraian diatas, maka Badan Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Gereja Jemaat Reformasi Papua (BPP. IM-GJRP) dalam program kerja melalui biro pendidikan, pelatihan dan penelitian (Biro PPP) membentuk panitia pelaksana kegiatan Pembinaan dan Pembekalan Mahasiswa Baru (PPMB) Tahun 2016 untuk menjalankan rangkaian kegiatan PPMB yang dimaksud pada tanggal, 25 Mei 2016. Dan kegiatan PPMB telah dilaksanakan sebagaimana sesuai rencana kerja panitia atas dukungan dari setiap stakeholder IM-GJRP. Dalam rangka memperkokoh kejayaan IM-GJRP melalui proses pembinaan dan pembekalan mahasiswa baru (PPMB) maka telah diangkat tema: “Mendidik Mahasiswa/i Baru IM-GJRP yang Kokoh dalam Mental dan Spritual, Unggul dalam Kepemimpinan, dan Cerdas dalam menyikapi setiap dinamika modern yang positif, serta meningkatkan proses dalam menciptakan pemimpin – pemimpin yang berkompeten dan berdaya saing di dunia pendidikan maupun di dunia kerja”.
 
 
Semoga Artikel ini bermanfaat bagi pecandu pembaca sekalian!!
Teleb, wa wa wa..wali, pherop!

HANCUR DIATAS KEMISKINAN (UKAM SENGSARA EPISODE KE-2)

Foto : Lokasi Tambang Emas di Mosomdua (Doc: Tim Penolakan, 25/8/2018) Memasuki era Revolusi Industri 4.0, negara-negara maju seper...