Kamis, 26 Oktober 2017

Gereja (GJRP) Tanpa Pemuda, Seperti Tubuh Tanpa Tulang

Pemuda GJRP (IM-GJRP) di Dekai, 2017

DEKAI - Jika Gereja tanpa pemuda, maka gereja akan hancur seperti kubuk yang hancur ketika ditinggalkan orang. Begitulah betapa pentingnya keterlibatan pemuda dalam  setiap kegiatan gereja. Ini bukan masalah jumlah besar pemuda yang ikut terlibat dalam sebuah kegiatan gereja. Melainkan berapa besar pemuda yang berkualitas atau pemuda yang mempunyai hati untuk membangun gereja dengan memberikan kontribusi-kontribusi pikiran. Ingatlah, bahwa kini Amerika mulai runtuh di tangan pemberontak bukan karena mereka kalah dalam jumlah pemuda. Melainkan ribuan pemuda amerika mulai jatuh dalam genggaman tangan penguasa dunia. Amerika yang dibangun dengan kokoh dan termasyur di seluruh penjuru dunia sebagai negara Adidaya. Perlahan mulai hancur ketika keterlibatan pemuda yang Takut akan Tuhan semakin hari semakin hilang. Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) membutuhkan pemuda-pemuda yang berkualitas dalam Iman dan membangun gereja secara jasmania dengan kokoh.
Pdt. Peres Nekwek, M.Th (Dosen STTR Wamena)

Pada era ini harus lahir pemuda yang mampu membangun kembali tembok-tembok gereja yang mulai runtuh karena ekonomi, politik, dan sosial budaya yang menantang kebenaran Allah, dengan kebenaran, kekudusan dan kasih didalam kemuliaan Kristus. Apologetika adalah sebuah tiang utama Iman Kristen. Bagaimana pemuda-pemuda Gereja yang mampu mendekonstruksi pemikiran yang terkontamisas dengan zaman. Lalu dibentuk dengan kebenaran firman Tuhan, untuk menantang dunia, untuk menarik orang-orang yang berdosa kembali kepada Allah dari keterlibatan pemuda-pemuda yang bermutu dalam kebenaran. Era ini, keterlibatan pemuda sangat penting. Mengapa penting? Karena hanya oleh pemuda yang mampu membangkitkan orang-orang yang mulai tertidur lelap dalam dunia yang jahat ini. Hanya pemuda yang mampu membaca ancaman dan tantangan yang datang untuk menghancurkan eksistensi gereja.
Memasuki usia Gereja GJRP yang semakin hari semakin tua, tentunya tidak bisa dapat mengandalkan orang-orang tua (penginjil & penatua/Diaken) yang lama untuk memegang teguh akan keberadaan gereja. Dalam seminar/Konferensi Gereformeerde Gemeenten (GG) - Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) yang dilaksanakan di dekai, banyak pemuda yang tampil dengan berbagai pemikiran yang konstruktif. Tapi sejatinya, pemikiran-pemikiran yang telah terkontaminasi dengan adanya dinamika modern tidak bisa dapat terurai dalam poros gereja seutuhnya. Oleh sebab itu, diskusi-diskusi lanjutan harus dilakukan disetiap tempat demi memurnikan alam pemikiran demi pembangunan gereja Tuhan yang sejati.

Perkembangan zaman tentunya dapat membuka cakrawala berpikir pemuda GJRP untuk dapat mengkolaborasikan ke dalam tubuh gereja, tetapi tidak seutuhnya pemikiran itu menjamur dalam gereja. Keseimbangan pemuda yang berpendidikan dibagian theologi dengan bagian umum sangat urgen. Karena terlihat dalam Konferensi di Dekai bahwa pemuda yang muncul untuk mempertahankan eksistensi gereja dengan pemuda yang pemikirannya telah terkontamisasi dengan perkembangan zaman ibarat "One on Ten". Kondisi ini tidak bisa menjadi ukuran dalam membangun gereja yang kokoh. Ini bertanda gereja mulai mundur, meskipun gereja tidak akan punah. Sebab prinsipnya "Apa yang dimulai oleh Tuhan, maka diteruskan oleh Tuhan dan diakhiri oleh Tuhan". Sebuah kalimat yang tentunya merupakan angin segar. Tetapi tidak bisa hanya dapat pertahankan dengan sebuah ungkapan semata. Walaupun ungkapan merupakan sebuah gambaran pemikiran seseorang.
Ayo Pemuda, mari merevolusi mental dan spritual demi membangun gereja yang sejati. 28 daerah yang belum diinjili merupakan bukan sebuah tanggung jawab yang bisa dapat diputarbalikan semata. Melainkan merupakan sebuah tanggung yang besar. Sudah saatnya pemuda merubah pola pikir yang tertanam antara yang terdahulu dan yang terakhir, pola pikir yang maju dan yang berkembang. Sebab dalam kasat mata kebenaran, sesungguhnya kita masih ada dalam ambang yang diprihatinkan. Pdt. Nebius Maling, S.Th dalam khotbahnya pernah menyampaikan bahwa "Kini INJIL harus mulai diberitakan dalam pribadi, lingkungan dan menjangkau yang tidak terjangkau". Saat ini kita tidak bisa bertahan dalam sebuah kehidupan yang tidak memberikan sebuah harapan untuk anda dan saya "Selamat" di akhirat. Sudah saatnya pemuda GJRP harus bangkit dari berbagai latar belakang kehidupan. Hidup kita yang dihampakan oleh perkembangan zaman harus kita lawan. Sudah waktunya, pemuda mampu membangkitkan umat Tuhan yang berlahan sedang tertidur. 

Tuhan tidak pernah memperhitungkan seberapa banyak kita jatuh, walaupun Ia adalah Maha Tahu. Tetapi Tuhan menantikan adakah harapan untuk anda dan saya bangkit dan bersandar pada-Nya. Kini pemuda GJRP tidak bisa takut pada dinamika penghijauan yang sedang terjadi di Papua, yang disebabkan oleh politik, ekonomi, sosial budaya, agama dan sekte. Pdt. Dr. Stephen Tong pernah berkata bahwa "Orang Kristen di Papua jangan takut terhadap Penghijauan. Melainkan bangkit dan membela Kebenaran Firman Tuhan". Apologetika Kristen merupakan aspek yang perlu dari kehidupan Kristiani seseorang. Karena dapat mempertahankan Iman Kristen. kepercayaan terhadap ketritunggalan Allah.

Semoga Artikel ini bermanfaat bagi pemuda-pemudi Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) untuk bangkit dan menjadi saksi-saksi Kristus, tulang punggung Gereja. Itulah sebabnya, betapa pentingnya anda dan saya lahir dalam gereja GJRP. Jika Tuhan tidak mempunyai maksud tertentu, pasti anda dan saya bukan siapa-siapanya Tuhan untuk menempatkan diri kita di dunia ini pada umumnya dan pada khususnya dalam lingkup gereja GJRP.

"Youth is not a division of unity, but youth is the hope the church to build a true Church body"

By. Panuel Maling

Selasa, 24 Oktober 2017

Seri 54 Tahun INJIL Masuk di Abenaho, Kabupaten Yalimo

KEMANDIRIAN - Sejak Injil masuk di Abenaho pada tanggal 28 Oktober 1963, berdasarkan visi umum yang terdapat dalam Matius 28:19-20 berita INJIL mulai diberitakan dari Abenaho-Landikma-Nipsan-Langda-Bomela-Sumtamon-Lelambo-Samboka-Seradala-Awimbon-Bari-Brukmakot-Kobakma-dll. Kini mulai berkembang ke ibu kota kabupaten seperti Wamena, Jayapura, Dekai, Oksibil, Elelim dan Kobakma dan terus berkembang ke daerah-daerah terpencil yang dalam bahasa aslinya dikenal dengan nama Pos Penginjilan (PI). Sampai memasuki 54 tahun GJRP memiliki 85.000 jiwa (berdasarkan data 2016) untuk pos Induk. 28 Daerah Pos Penginjilan, 1 Sinode AM, 2 Sinode Wilayah, yaitu Sinode WIlayah YAMEWAH dan Sinode Wilayah UKAM; 7 Klasis, yaitu Klasis Pass Valley, Klasis Landikma, Klasis Nipsan, Klasis Langda, Klasis Bomela, Klasis Sumtamon dan Klasis Lelambo; GJRP memiliki 2 Yayasan dan 1 badan pekerja harian, yaitu Yayasan Kristen Sosial Masyarakat Indonesia (YAKPESMI), Yayasan Pendidikan Reformasi Papua (YPRP) dan Badan Pekerja Harian GJRP. 

Sejak Injil masuk dalam kurun waktu 54 Tahun, 3 dekade telah dilewati oleh Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP), yaitu:
1. Masa Penginjilan (Tahun 1963-1984)
2. Masa Pengkaderan/Pembinaan (Tahun 1984-2007)
3. Masa Kemandirian (Tahun 2007-Saat Ini)
Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) pada tanggal 25 Juni 1984 dengan nama Gereja Jemaat-Jemaat Protestan Irian Jaya (GJJPI) melalui sinode AM pertama di Pass Valley (Abenaho). Titik ini merupakan langkah awal gereja memulai proses pembinaan oleh Zending Gereformeerde Gemeenten (ZGG) kepada pribumi GJRP. Dalam selang waktu sejak GJRP didirikan sebagai gereja Nasional, sebanyak XI (Sebelas) kali Sinode AM sudah dilakukan. Dalam sidang-sidang tersebut banyak hal sudah dibicarakan dan dilaksanakan oleh para pimpinan gereja.

Perubahan demi perubahan sudah mulai berjalan demi berdikari, dan kini GJRP menuju pada puncak gereja yang MANDIRI pada  Tahun 2019 pertepatan dengan pelepasan donor dana dari Zending Gereformeerde Gemeenten (ZGG). Demi melangkah pada Kemandirian gereja, banyak terobosan-terobosan yang dilakukan dalam hal perkembangan gereja. Yayasan YPRP,YAKPESMI dan BPH menjadi motor penggerak menuju Kemandirian Gereja, disamping pelayanan Firman Tuhan ditingkat jemaat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal apa GJRP harus Mandiri? Berikut bagian-bagian prinsip GJRP harus Mandiri, yaitu:
1. Self-Propagating (Kemandirian dalam Pekabaran Injil dan Penyampaian Firman Allah).
2. Self-Governing (Kemandirian dalam Kepemimpinan dan Pengurusan hal-hal Gerejani)
3. Self-Suporting (Kemandirian dalam Keuangan dan Pendukungan Program-Program Gereja).

Seiring berjalannya waktu, kemandirian gereja mulai dapat diwujudkan dari waktu ke waktu. Tanpa disadari GJRP kini menjadi gereja yang tua di Provinsi Papua. Banyak individu tidak percaya akan perkembangan gereja ke depan (pesimis), pemikiran ini tentunya melampaui ambang batas kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Setiap bahasa (gagasan) yang keluar dari mulut seseorang, adalah buah pemikiran dari pada pribadi itu sendiri. 54 Tahun sudah Injil diberitakan, pergeseran pola hidup terjadi dari waktu ke waktu. 33 Tahun GJRP berdiri sebagai gereja Nasional, bertanda GJRP bukan lagi gereja baru yang harus diragukan perkembangannya. Kini saatnya umat Tuhan (warga GJRP) menyatukan persepsi, merumuskan visi agar gereja harus benar-benar ditegakkan dalam diri. Tuhan yang memulai, maka Tuhan pula yang akan mengakhiri.

Pujilah Tuhan, Hai segenap bangsa. Karena Ia terus bekerja untuk memperkumandangkan kabar Keselamatan ke seluruh penjuru dunia. Warga GJRP sudah mulai melihat tanda heran yang satu ke tanda heran yang lain. Semoga artikel singkat ini dapat bermanfaat!
Akhir kata: "Selamat Merayakan 54 Tahun INJIL Masuk di Abenaho"

Soli Deo Gloria!


HANCUR DIATAS KEMISKINAN (UKAM SENGSARA EPISODE KE-2)

Foto : Lokasi Tambang Emas di Mosomdua (Doc: Tim Penolakan, 25/8/2018) Memasuki era Revolusi Industri 4.0, negara-negara maju seper...