25 Juni 2017 HUT XXXIII Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP)
Gambar : Tugu Injil Masuk (28 Oktober 1963)
Sinode Pertama (25 Juni 1984)
Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) merupakan salah satu denominasi gereja yang berkembang di poros Pulau Papua. GJRP sendiri menganut aliran teologi Calvinisme (sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada
kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala
sesuatu). GJRP berkembang pesat di wilayah otoritas suku Yali, suku Walak, suku Mek, suku Una, suku Kopkaka, suku Arimtab. suku Momuna.
GJRP memiliki 1 (Satu) Sinode AM, 2 Sinode Wilayah yaitu Sinode YAMEWA (Yali, Mek, Walak) dan Sinode UKAM (Una, Kopkaka, Arimtab dan Momuna). Dan memiliki 7 (Tujuh) Klasis yakni Klasis Abenaho, Klasis Landikma, Klasis Nipsan, Klasis Langda, Klasis Bomela, Klasis Sumtamon dan Klasis Lelambo.
Pelayanan perkembangan Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) melewati beberapa dekade, yakni:
Dekade Pertama : Masa Penginjilan (21 Tahun)
Masa penginjilan mulai dari tahun 1963-1984. Masa penginjilan ini menerobos pelayanan di pos-pos induk saat ini, yakni Abenaho, Landikma, Nipsan, Langda, Bomela dan Sumtamon. Tenaga penginjilan adalah para misionaris asal Belanda dan para penginjil pribumi yang telah menerima Injil terlebih dahulu. Hingga kini memasuki tahun 2017 GJRP memasuki tahun ke-54 perayaan Injil masuk di Abenaho melalui Pendeta Gerrit Kuijt dan Rombongan (28 Oktober 1963).
Dekade Kedua : Masa Pembinaan Kader Pribumi (27 Tahun)
Masa Pembinaan Kader Pribumi berjalan dari tahun 1984-2007. Masa pembinaan kader pribumi ini dilakukan oleh para Misionaris disamping pelayanan penginjilan di pos-pos penginjilan yang baru, yakni Lelambo, Samboga, Seradala, Awimbon dan Bari. Pembinaan dibagian pelayanan disamping pembinaan adiministrasi dan kepemimpinan. Dekade ini banyak anak pribumi memegang tongkat stafet pelayanan Injil di wilayah pelayanan gereja GJRP sebagai pendeta, gembala, penatua maupun penginjil. Dekade ini mulai mendirikan asrama-asrama, serta mendirikan jemaat di kota-kota besar seperti di Wamena, Jayapura, dan Dekai.
Dekade Ketiga: Masa Semi Mandiri (12 Tahun)
Masa Semi Mandiri berjalan dari tahun 2007 dan direncakan akan berakhir pada tahun 2019, dimana tahun 2007 para Misionaris (Donatur ZGG) menyerahkan tongkat kepemimpinan dan pengaturan administrasi seluruhnya kepada kader-kader gereja pribumi. Masa ini sudah berjalan 10 tahun (2007-2017). GJRP mulai berkembang dengan berbagai terobosan disamping fokus pelayanan penginjilan seperti Brukmakot, Omakot, Ayak, Wubri dan daerah-daerah lain. Mulai mendirikan jemaat di Sentani, Elelim, Oksibil, Kobakma, dan Koya.
Pada masa semi MANDIRI ini mulai mendirikan sekolah TK YAKPESMI, SD YAKPESMI, SMP YAKPESMI, SMTK dan Sekolah Tinggi Theologi Reformasi (STTR) di Wamena. Pada dekade ini putra asli GJRP memegang penuh kendali kepemimpinan dalam tubuh GJRP.
Dekade Keempat : Masa Kemandirian (mulai tahun 2019).
Pada tahun 2019 direncanakan akan memutus sponsor biaya dari donatur Zending Gereformeerde Gemeenten (ZGG). Pada dekade ini merupakan dekade yang sangat penting dan penuh tantangan dibagian pembiayaan. Tetapi dibagian pelayanan Firman Tuhan dan Kepemimpinan sudah kokoh pada dekade ke-2 (masa pembinaan kader pribumi). Hasilnya pada dekade ketiga putra asli GJRP sudah memegang kendali kepemimpinan secara total.
Dengan demikian, dari sejak penginjilan hingga sekarang GJRP mulai berkembang pesat dari segala aspek pelayanan. Kini GJRP menuju gereja yang MANDIRI. Dukungan dari segala aspek terhadap pelayanan gereja sudah stabil meskipun masih ada kekurangan-kekurangan tenaga penginjil di pos-pos penginjilan. Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura sudah menjadi mitra yang baik dalam mendukung pelayanan Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP).
Dari sejak tanggal 25 Juni 1984 hingga tahun 2017 sudah melaksanakan 10 kali Sidang Sinode AM. Tahun 1984 didirikan gereja secara Nasional dengan nama Gereja Jemaat-Jemaat Protestan di Irian Jaya. Kemudian dirubah lagi dengan nama Gereja Jemaat Protestan Indonesi di Papua (GJPIP), Tahun 2007 dirubah lagi dengan nama Gereja Jemaat Protestan Indonesia (GJPI) dan terakhir perubahan nama berdasarkan azas gereja pada sidang sinode ke-10 tahun 2012 dengan nama Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP). Perubahan nama gereja ini diikuti dengan nama Yayasan Pendidikan Reformasi Papua (YPRP) yang selanjutnya mendirikan Sekolah Tinggi Theologi Reformasi (STTR) di Wamena - Papua.
Sidang Sinode AM ke-11 direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 2-7 Oktober 2017 di Dekai, Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua. Pada sidang sinode AM ke-11 ini juga merupakan moment pemantapan dari segala aspek pelayanan menuju gereja yang MANDIRI pada tahun 2019 setelah pihak sponsor memutus pembiayaan. Selanjutnya mulai tahun 2019, GJRP memulai dengan kepemimpinan tersendiri tanpa ada dukungan pembiayaan dari ZGG. Gambaran kemandirian gereja sudah terbaca pada dekade ketiga ini, yakni segala aspek pelayanan gereja sudah mulai berjalan baik dibawah kendali putra daerah GJRP.
Hari ini, Minggu, 25 Juni 2017 Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) XXXIII. HAPPY BIRTHDAY The Church of the Papuan Reformation.
Akhir kata:
Siapa aku hari ini, aku bukan siapa-siapa. Jikalau tanpa sentuhan pelayan GJRP. Terima Kasih Tuhan atas KASIH dan ANUGERAHMU melalui pelayanan GJRP.
Selamat merayakan!
Komentar
Posting Komentar